Jumat, 22 Oktober 2010

JILBAB BUKAN TOPENG, BE YOUR SELF NENG!!

Berdasarkan analisis psikologi diketahui bahwa para ikhwan lebih sulit menahan pandangan atas akhwat yang berjilbab lebar daripada atas mereka yang pakaiannya belum beres secara syar’i, itu karena dalam diri mereka telah tertanam asumsi bahwa calon isteri mereka kelak adalah yang seperti itu. Mereka melakukan identifikasi calon isteri, sehingga yang berjilbab secara lengkap itu begitu menarik bagi mereka.

Tatapi sebenarnya akhwat berjilbab itu menarik bagi siapa saja. Akhwat tidak hanya mempesona bagi yang sudah kenal ngaji karena terjadi ‘identifikasi calon isteri’ tadi. Para akhwat berjilbab itu sejujurnya menarik bagi semua laki-laki normal, sebejat apapun dia. Bedanya, para ikhwan itu punya harapan, sedangkan yang selain mereka sudah putus harapan untuk bisa bersanding dengan para akhwat itu. Tapi sekali lagi mereka tetap menarik bagi siapa saja.

… yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karenanya mereka tidak diganggu

(QS.Al-Ahzab:59)

Subhanallah, ketika Allah menjanjikan perlindungan, maka Ialah Maha Pelindung. Ia memutus harapan lelaki-lelaki iseng dari para wanita yang mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Mereka –meski tatap mempesona – bukan lagi godaan bagi mereka yang tak bisa menahan diri. Dan Allah menjadikan mereka penguji iman bagi para lelaki yang dipanggil Allah di surat An-Nur ayat tigapuluh. Lelaki yang mengerti bagaimana seharusnya menjaga mata, menata hati, dan menghadirkan akhlak mereka.

Ada yang dilanda khawatir dan terjebak pada persepsi pengkhususan. Bahwa orang yang pakai jilbab itu harus lembut, halus tutur katanya, dan feminin dalam arti yang sebenarnya. Jadi jilbaber itu tidak pantas begini, tidak boleh begitu.

Jilbab bukan lakon sandiwara yang mengharuskan kita jadi orang lain saat memakainya. Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqidah ketika Ia memutuskan berislam. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Luar biasa kan?

Adalah konyol memaksakan diri menjadi orang lain setelah kita ‘hijrah’ dengan berjilbab. Alangkah sunyi dunia jika semuanya seragam. Biarkan semuanya sesuai karunia karakter yang Allah letakkan pada diri kita. Maka akan tetap ada akhwat jago karate seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang. Akan tetap ada yang berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummu Hani’ binti Abu Thalib. Akan tetap ada yang suka bermanja dan ceria seperti ‘Aisyah. Ada yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafshah. Akan tetap ada yang lembut dan keibuan seperti Khadijah.

Celupan warna Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah. Dan padaNya sajalah kami beribadah.

(QS.Al-Baqarah:138)


Nah cukuplah bagi kita celupan warna dari Allah. Celupan warna yang melingkup karakter khas kita, membingkainya menjadi sesuatu yang indah. Ia menjaganya untuk tetap menjadi kemuliaan dimanapun, kapanpun. Pada karakter-karakter mendasar, tidak ada yang perlu kita risaukan. Jilbab kan bukan lakon sandiwara yang membuat kita harus jadi orang lain ketika memakainya. Sekali lagi jangan sirnakan keunikan diri. Biarkan keindahan warna-warni itu hidup dan meronai dunia dengan pelangi akhlak.



sumber:Agar Bidadari Cemburu Padamu, Salim Afillah

Selasa, 05 Oktober 2010

3 SUMBER SEGALA DOSA

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Tiga hal yang merupakan sumber segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hati terhadap keangkuhan, karena keangkuhan menjadikan iblis enggan bersujud kepada Adam, dan hati-hatilah terhadap tamak (rakus), karena ketamakan mengantar Adam memakan buah terlarang, dan berhati-hatilah terhadap iri hati, karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati.” (HR Ibn Asakir melalui Ibn Mas’ud).

Jiwa manusia diliputi oleh sifat takabur pada saat manusia merasa memiliki kelebihan, baik berupa ilmu pengetahuan, harta benda, ataupun jabatan. Dalam keadaan seperti ini, setan tidak akan tinggal diam, dia akan membisikkan dan memasang perangkap untuk menjerumuskan manusia dengan melakukan tindakan yang tidak terpuji. Seperti, mencela, menghina, dan merendahkan orang lain.

Sifat kedua yang diingatkan pada kita untuk mencermatinya adalah sifat tamak (rakus).
Sering kali kita melihat betapa rakusnya manusia dalam mempertahankan apa yang sedang dalam genggamannya, baik berupa harta, kekuasaan, ataupun kedudukan. Sama sekali ia tidak mau berbagi dan hanya mau dinikmati sendiri. Ia tidak pernah merasa cukup dan tidak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya.
Padahal, Allah SWT menjanjikan dan mengingatkan berulang kali kepada manusia bahwa sekecil apa pun perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan sia-sia.
”Barang siapa yang mau berbuat baik walau sebesar biji dzara pun Allah SWT akan membalasnya. ” (QS Alzalzalah [99]: 7).

Ketiga, hasud atau iri hati.
Dengki atau iri hati adalah perasaan tidak rela atau tidak suka melihat orang lain mendapatkan kebaikan atau kenikmatan. Ketika dalam diri manusia telah tertanam sifat dengki, ia akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan orang yang ia dengki. Ia tidak senang melihat orang lain sukses, pintar, hidup bahagia, dan lebih kaya darinya. Sikap seperti ini akan menghapus segala bentuk kebaikan yang selama ini ia peroleh. Perbuatan baiknya akan sia-sia karena dalam dirinya terdapat sifat iri hati.

Takabur, tamak, dan hasud merupakan tiga perangai buruk yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang tidak terpuji. Karena itu, Rasulullah SAW selalu mengingatkan kepada kita untuk menjauhi tiga hal yang menyebabkan manusia terjerumus dalam tipu daya setan.

Semoga bermanfaat…
wassalam…

Sumber: http://www.facebook.com/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/3-hal-

THE HOLY QUR'AN

"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya."(Q.S al-A'raaf : 36).

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudhu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah-surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku

Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan Televisi, menonton pertandingan liga Italia , musik atau film dan sinetron.
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah koran, televisi, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu
Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "al-Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan biarkan aku sendiri....
Dalam bisu dan sepi....

Untukmu, Wahai Aktivis Dakwah…

Untukmu, Wahai Aktivis Dakwah…

Kepada kalian yang mempertautkan hati di jalan dakwah ….
Kepada kalian yang menjalin ikatan kasih dalam indahnya ukhuwah ….
Kepada kalian yang merindukan tegaknya syari’ah ….
Kepada kalian, ana tulis sebuah surat cinta ….
Karena bersama kalian ku temukan cinta di jalan dakwah ….
Kasih dalam jihad fi sabilillah ….
Uhibbukum FILLAH …. LILLAH ….
Teruntuk para aktivis dakwah,

Dakwah berdiri di atas aqidah yang kokoh, ibadah dan ilmu yang shohih, niat yang lurus, dan iltizam yang kuat
Dakwah adalah proyek besar membangun peradaban umat
Dakwah adalah jalan yang sukar dan terjal
Dakwah adalah jalan yang sangat panjang
Dakwah penuh dengan gangguan, cobaan, dan ujian
Dakwah bukan jalan yang ditaburi bunga dan wewangi kesturi
Dakwah butuh komitmen yang kuat dari pengembannya
Dakwah memerlukan kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharapkan hasil, tanpa putus asa, dan putus harapan
Dakwah butuh pengorbanan dan kesungguhan
Dakwah butuh kesabaran dan keistiqomahan

Teruntuk para pejuang,

Sudah teguhkah azzam yang kau pancang ???
Benarkah perjuanganmu karena ALLAH ???
Mundurlah, dan luruskan kembali niatmu, jika:
Nafsu masih merajaimu
Kilauan permata masih menyilaukanmu
Kesenangan dunia masih melenakanmu
Syaithan masih bersarang di dadamu dan menjadi teman setiamu
Kenikmatan semu masih membuaimu dan menutup mata batinmu
Percayalah, semua itu adalah keindahan sesaat yang akan menggoyahkan tekadmu. Allah Azza Wa Jalla sengaja ciptakan itu sebagai ujian bagimu!
Berbahagialah jika kau menjadikan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai tujuan akhirmu, puncak kerinduanmu. Dan jadilah antum sebagai orang-orang yang beruntung!

Untuk jiwa-jiwa yang merindukan kemenangan
Untuk setiap diri yang mengaku sholih
Untuk mereka yang mengajak kepada jalan yang lurus
Untuk mereka yang saling menasehati dalam kebenaran dan kebaikan
Ketika jalan yang kalian tempuh begitu sukar, ketika amanah yang kalian emban begitu berat, ketika tanggung jawab yang kalian pikul begitu banyak, terkadang kalian lupa dengan azzam yang kalian tanam sebelumnya, kalian lalai dan terlena. Kalian lupa membersihkannya, membidiknya, mengontrolnya, memuhasabahinya, dan lupa untuk meluruskannya kembali. Apakah dunia yang fana lebih kau cintai daripada kampung akhirat yang kekal abadi?

Duhai para pecinta ALLAH
Duhai yang meneladani Muhammad Rasulullah
Duhai yang menjadikan Al-Quran sebagai pedomannya
Duhai yang berjihad di jalanNya dengan sebenar-benarnya jihad
Duhai yang memburu syahid sebagai cita-cita tertingginya

Dakwah telah memanggilmu!
Umat menunggu pencerahan darimu!
Letih sudah mata ini menyaksikan kemaksiatan merajalela.
Lelah sudah kaki melangkah, karena setiap jengkal yang dipijak, bumi merasa terdzolimi oleh manusia-manusia tak beradab.
Lunglai tubuh ini ketika mendapati hukum-hukum Allah diganti dengan hukum-hukum makhluk yang hanya menebar kerusakan.
Perih hati ini ketika menemukan thoghut-thoghut bersarang di dalamnya.
Menangis batin ini menyaksikan saudara-saudara seiman, seislam, dan seaqidah saling caci, saling menyalahkan, saling bermusuhan. Lalu ke mana perginya ukhuwah?
Apakah ukhuwah hanya berlaku pada segolongan atau sekelompok umat yang bernaung dalam satu jama’ah?

Wahai yang mengaku diri aktivis haroki,

Sudah benarkah aktivitas yang antum jalani dalam menyeru manusia ke jalan ALLAH?
Serulah dirimu sebelum kau menyeru orang lain.
Sudahkah ghiroh yang kau miliki kau poles dengan ilmu yang shohih? Karena semangat saja belum cukup! Teruslah tholabul’ilm..
Sudah efektifkah syuro-syuro antum?
Apa yang ada dalam syuro hanya obrolan sia-sia yang mengundang tawa?
Senda gurau tak bermakna?
Tak ada lagi kesungguhan dan fokus menyelesaikan masalah?
Terlalu banyak basa-basi dan kata-kata tak berarti?
Bagaimana cara antum merumuskan, mengatur strategi jitu, menyusun konsep, menetapkan target, men-SWOT, dan lain sebagainya, sudah syar’ikah?
Sudahkah antum pantau terus niatmu agar tetap lurus di awal, di tengah, sampai ke penghujungnya?
Di sini niat dan tujuan harus selalu di luruskan. Bukan demi keegoisan masing-masing individu atau jama’ah, tapi demi tegaknya Dienullah.
Lalu, bagaimana kenyataannya di lapangan?
Teknis yang telah antum usahakan bersama?
Apakah ada titik-titik noda di dalamnya?
Hijab yang semakin longgar, virus merah jambu yang semakin menyebar, ukhuwah yang kian memudar, barisan yang terpencar. Atau mungkin sms-sms taujih yang menyebar di kalangan ikhwan dan akhowat yang kemudian mengotori hati-hati mereka, menodai niat tulus mereka. Dari kata-katanya, ada rasa kagum pada ghirohnya, salut pada keteguhannya, simpatik pada ke-haroki-annya, dan tersanjung pada perhatiannya. Benih-benih inilah yang akan tumbuh bersemi di hati dan mengefek pada amal sehari-hari.
Mungkin saja fenomena-fenomena itu yang mengurangi keberkahan dakwah sehingga ALLAH ‘Azza wa Jalla belum mau menghadiahkan kemenangan itu pada kita! Karena di samping menyeru kepada kebenaran, tentara-tentara Allah itu juga menggandeng kemaksiatan, apapun bentuknya!

Akhi wa Ukhti ….

Di mana antum berada saat saudara-saudara antum di belahan bumi yang lain sedang megangkat senjata, menghadang tank-tank zionis, melempar bom dan batu kerikil di medan intifadhah?
Di mana antum saat mereka berburu syahid? Yang mereka pertaruhkan adalah nyawa, akhi! Nyawa, ukhti! NYAWA!
Jika darah tak mampu antum alirkan, maka di mana saat saudara-saudara antum sedang bermandi peluh menyiapkan kegiatan-kegiatan dakwah, acara-acara syiar Islam, daurah, bakti sosial, dan seabrek agenda-agenda dakwah yang lain.
Di mana antum saat yang lain sedang membuat publikasi, mendesain dekorasi, menyediakan konsumsi, atau menyebar proposal, mencari dana ke sana ke mari? Semua demi kelancaran acara. Demi syiar Islam! Agar dakwah terus menggaung di berbagai penjuru. Agar Islam tetap berdetak di jantung masyarakat. Masyarakat yang kini telah hilang jati dirinya sebagai hamba ALLAH. Masyarakat yang kini malu mengaku sebagai Muslim. Masyarakat yang kini phobi dengan syari’at Islam. Ya, masyarakat itu kini ada di sekeliling kita. Mereka hadir di tengah-tengah kita. Mereka adalah objek dakwah kita!

Wahai yang masih memiliki hati tempat bersemayamnya iman, apakah ia tidak lagi bergetar kala ayat-ayatNya diperdengarkan?
Apakah ia tak lagi geram ketika melihat kemungkaran terjadi di hadapannya?
Wahai yang memiliki mata yang dengannya antum bias melihat indah dunia, apakah ia tak lagi menangis saat dikabarkan tentang azab, ancaman, dan siksaan?
Apakah ia tak lagi meneteskan cairan hangatnya ketika bangun di tengah malam dalam sujud-sujud panjang?
Apakah ia tak lagi mengalirkan butiran-butiran beningnya ketika melihat saudaranya yang seaqidah didzolimi, dirampas hak-haknya, dilecehkan dan di aniaya, bahkan dibunuh karena mempertahankan diennya?

Ke mana kalian wahai aktivis dakwah?
Di mana kini antum berada?
Sedang bersantai ria di kamar sambil mendengar nasyid kesukaan?
Terbuai di atas kasur dengan bantal empuk dan selimut tebal?
Bersenda gurau bersama kawan-kawan?
Membaca novel-novel picisan?
Atau…sedang melamun memikirkan sang pujaan?

Kepada kalian yang sedang menanti hadirnya belahan jiwa…
Masih perlukah romantisme di saat nasib umat sedang berada di ujung tombak?
Masih perlukah gejolak asmara tumbuh dan bersemi di jiwa?
Membuat otak sibuk memikirkannya, membuat setiap lisan tak henti menyebut namanya, membuat setiap hati tak tenang, resah, dan gelisah menunggu hadirnya.
Masih perlukah virus merah jambu menjangkiti rongga-rongga hatimu? Melemahkan sendi-sendimu, menggoyahkan benteng pertahananmu, merapuhkan tekadmu, menenggelamkanmu dalam samudera cinta mengharu biru.
Masih perlukah semua perasaan itu kau pelihara, kau tanam, kau pupuk, kau siram, dan kau biarkan tumbuh subur dalam hatimu?

Wahai aktivis dakwah, sungguh perasaan itu fitrah! Kau pun sering berdalih bahwa itu adalah anugerah. Sesuatu yang tak bisa dinafikan keberadaanya, tak bisa dielakkan kehadirannya. Cinta memang datang tanpa diundang. Cinta memang tak mampu untuk memilih, kepada siapa dia ingin hinggap dan bersemi. Dia bisa menghuni hati siapaun juga, tak terkecuali aktivis dakwah! Sekali lagi, cinta itu fitrah!
Namun wahai ikhwah yang mewarisi tongkat estafet dakwah, bisa jadi perasaanmu itu menghalangimu untuk mengoptimalkan kerja dakwahmu.
Bisa jadi perasaanmu itu mengganggu aktivitas muliamu.
Bisa jadi perasaanmu itu mengusik hatimu untuk mundur dari jalan dakwah yang kau tempuh.
Bisa jadi perasaanmu itu membelenggumu dalam cinta semu.
Dan yang terparah, bisa jadi perasaanmu itu menggeser posisi Rabbmu dalam tangga cintamu.
Tanpa kau sadari!
Yang kau ingat hanya dia!
Yang terbayang adalah wajahnya.
Yang kau pikirkan kala dia menjadi partner dakwahmu seumur hidup, membangun pernikahan haroki, menemanimu membina keluarga dakwah dan menjadikannya abi/ummi dari jundi-jundi rabbani…ah indahnya!
Yang ada di sholatmu, dia.
Yang ada di tilawahmu, dia.
Yang ada di bacaan ma’tsuratmu, dia. Yang ada di benakmu, dia.
Yang ada di aktivitasmu, dia. Hanya ada dia, dia, dia, dan dia!

Benarkah itu wahai saudaraku?
Mari kita jawab dengan serentak….na’udzubillahi
min dzaalik!
Ke mana cinta ALLAH dan RasulNya kau tempatkan?
Di mana dakwah dan jihad kau posisikan?
Astaghfirullahal ‘adziim…
Dakwah hanya dimenangkan oleh jiwa-jiwa bermental baja, bertekad besi, berhati ikhlas. Orang-orang beriman yang mengatasi persoalan dengan ilmu yang shohih dan memberi teladan dengan amal.
Perjalanan panjang ini membutuhkan mujahid/ah perkasa yang mampu melihat rintangan sebagai tantangan, yang melihat harapan di balik ujian, dan menemukan peluang di sekeliling jebakan.
Ke mana militansi yang antum miliki?
Ke mana ghiroh membara yang antum punya?

Pejuang sejati adalah mereka yang membelanjakan hartanya di jalan dakwah, menjual dunianya untuk akhiratnya, mengorbankan nyawanya demi jihad fisabilillah, menggunakan seluruh waktu dan sisa umurnya untuk memeperjuangkan dan mengamalkan Islam.
Dakwah TIDAK BUTUH aktivis-aktivis MANJA!
Dakwah TIDAK BISA DIPIKUL oleh orang-orang CENGENG, MENTAL-MENTAL CIUT, NYALI YANG SETENGAH-SETENGAH, dan GERAK YANG LAMBAN!
Barisan dakwah harus disterilkan dari prajurit-prajurit yang memiliki sifat-sifat seperti di atas (manja, cengeng, mental ciut, nyali setengah-setengah, ragr-ragu, dan lamban bergerak). Karena, keberadaan mereka hanya akan menularkan dan menyebarkan aroma kelemahan, kerapuhan, kepasrahan, dan kekalahan di tengah-tengah barisan.
Dakwah butuh pejuang-pejuang tangguh untuk mengusungnya.
Dakwah butuh orang-orang cerdas untuk memulainya, orang-orang ikhlas untuk memperjuangkannya, orang-orang pemberani untuk memenangkannya!
Antumlah orang-orang terpilih yang mengukir sejarah itu!

http://m.cybermq.com/

Bidadari pun cemburu

Saudariku …

Pernahkah engkau mendengar sabda Rasulullah SAW dan beliau tidak pernah berdusta : “Aku melihat penduduk neraka saling memakan satu sama lain dan kebanyakan dari mereka adalah wanita”

Allah SWT sesungguhnya telah menyiapkan syurga dan menyediakan istana-istana sebagai tempat tinggalmu, bahkan ada para pelayan dan malaikat untuk menyambut dan melayanimu. Malaikat yang diciptakan dari cahaya dan beribadah sepanjang waktu di tugaskan untuk melayani para penghuni surga. Adapun gambaran syurga itu sendiri tak dapat tergambarkan oleh khayalan kita dengan segala kesempurnaan kebahagiaan dan keceriaan yang terdapat di dalamnya.

Allah SWT kemudian mengutus para RasulNya dan menurunkan Kitab-kitabNya supaya manusia berjalan menuju ke SyurgaNya. Agar manusia beristirahat dari segala kelelahan dan kepenatan yang di rasakannya di dunia. Allah SWt tidak pernah menyuruh kita untuk melaksanakan sesuatu kecuali hal itu bermanfaat bagi kita, dan begitu juga sebaliknya tidak pernah Allah melarang sesuatu kecuali berbahaya bagi kita.

Lalu mengapakah banyak diantara kita yang enggan untuk menempati kediamannya di syurga, Rasulullah SAW bersabda : « Tidaklah salah seorang diantara kalian kecuali dia memiliki dua kedudukan, salah satunya di syurga dan yang lain di neraka. Apabila dia menjadi penghuni neraka maka akan tempatnya disyurga akan di gantikan orang lain ». Lalu mengapa banyak diantara kita yang memilih neraka sebagai akhir hidupnya,dan mayoritas penduduk neraka adalah kaum wanita.

Saudariku…Lihatlah betapa Allah SWT telah mencurahkan betapa banyak nikmat yang tak pernah terputus. Pandanglah kesempurnaan ciptaan Allah dalam dirimu dan Allah SWt memberimu banyak keistimewaan dari saudaramu.Namun kemudian dengan nikmat-nikmat Allah itu kau bermaksiat, kau tidak menutup auratmu bahkan memamerkan sebagian lekuk tubuhmu. Kau tak menjaga pandanganmu bahkan terus memandang apa-apa yang di haramkan Allah SWT. Kau tak menjaga mulutmu dari aib orang lain. Kau mendengarkan lagu-lagu picisan yang penuh dengan hawa nafsu.Tidak takutkah kita akan suatu hari dimana semua itu di pertanyakan…!

Saudariku…Maka tempat para wanita yang menjadi penghuni neraka tadi digantikan oleh para bidadari yang kecantikannya melebihi kecantikan seluruh wanita yang ada didunia walaupun mereka berkumpul. Wajahnya begitu sempurna tiada cacat, matanya seakan sorot lampu yang tidak redup tetapi tidak juga menyilaukan, seandainya ia turun kebumi maka cahaya matahari dan bulan pun akan terkalahkan. Seandainya ia meludah maka lautan pun akn menjadi tawar rasanya. Seandainya ia tetawa maka hati akan bergetar mendengar renyah tawanya. Allah SWt menciptakannya tanpa kekurangan sedikit pun.

Saudariku…Tidakkah kau cemburu dengan keadaannya, Said bin Amir RA pernah berkata kepada istrinya saat isrtinya menangis tatkala ia membagikan seluruh harta pemberian Khalifah Umar bin Khattab RA kepada rakyatnya; “kamu tahu di syurga terdapat para bidadari yang apabila salah seorang dari mereka turun ke bumi maka langit dan bumi akan terisi dengan cahayanya, bahkan matahari dan rembulan seakan meredup… maka mengorbankanmu demi mereka lebih baik dari pada mengorbankan mereka demi kamu”

Bagaimana kau tidak cemburu, sedangkan Ummu Salamah istri Rasulullah SAW sendiri begitu cemburu. Ketika suatu saat Rasulullah SAW shalat dengan khusuknya membaca ayat-ayat yang bercerita tentang bidadari, Ummu Salamah tahu bahwa Rasulullah SAW sedang meminta kepada Allah agar dikaruniai bidadari. Maka seusai dari shalatnya Ummu Salamah segera mendekati Rasulullah menayakan tentang makna-makna dalam Al-Quran, sampai Ummu Salamah bertanya apakah makna dari “Kawa’iba atroba” barulah Rasulullah SAW menyadarai kecemburuannya Di akhir percakapannya ia bertanya : Apabila seorang Beriman dan taat kepada Allah SWT, apakah ia mendapatkan hal yang sama seperti para bidadari itu, dengan tanggap Rasulullah SAW menjawab : “Tentu, Bahkan ia mendapatkan lebih dari itu dan dijadikan para bidadari itu pelayan baginya” (au kama Qola bihi Rasululllah SAW ) afwan nih lupa haditsnya , soalnya pernah denger cermah di kaset sekilas aja. .

Saudariku…Mengapakah kita masih menyia-nyiakan kesempatan yang di berikan Allah SWT. Kedudukan seorang wanita yang shalehah dan taat kepada Allah dan RasulNya juga kepada suaminya selama tidak menyuruh kepada kemungkaran adalah lebih baik daripada para Bidadari yang Allah ciptakan dari pemata. Sungguh jika engkau mau bersabar sedikit saja maka para bidadari itu akan memandangmu cemburu. Bagaimana tidak cemburu sedangkan engkau adalah wanita pilihan Allah SWt yang telah lulus menempuh ujian di dunia?, Bagaimana tidak cemburu jika Allah memberikan padamu surgaNYa yang luasnya seluas langit dan bumi?, Bagaimana tidak cemburu sedang engkau mendapat Ridha Nya?, lalu apalagi yang lebih berharga selain ridha Allah SWt?.

Saudariku…Mungkin ini adalah nasehat terakhir yang kau terima. Sekarang saatnya kau harus memutuskan sebuah keputusan. Apakah kau mau terus berleha –leha dengan kewajibanmu atau kau akan kembali kepada Nya?, jika kau memutuskan untuk kembali kepangkuan Allah maka ketahuilah Allah akan sangat bahagia menerimamu. Dalam suatu hadisnya Rasulullah SAW menjelaskan : Bisakah engkau menjelaskan kebahagian seorang musafir yang kehilangan untanya di sebuah padang pasir yang gersang, sedang ia tidak membawa perbekalan kecuali apa yang dibawa oleh untanya, kemudian ia tertidur pulas dan disaat terbangun ia menemukan unta dan segala perbekalannya ada di hadapannya. Ia begitu bahagia sehingga berkata ; Ya Allah, Engkau hambaku dan aku tuhan Mu, musafir itu salah ucap karena kegembiraannya. Rasulullah SAW kemudian menjelaskan Allah lebih bahagia daripada musafir itu saat menerima orang – orang yang bertaubat.

Saudariku…Tempuhlah jalan kembali kepada Nya…Sungguh seakan aku melihat Allah SWt tersenyum kepadamu, dan pintu – pintu surga Nya terbuka menyambut kehadiranmu yang kelelahan oleh rutinitas duniawi. Sungguh seakan aku melihat para bidadari cemburu namun juga kagum dengan kehadiranmu. Engkaulah wanita yang telah berhasil menempuh ujian Allah di dunia, engkaulah wanita yang mendapat keridhaan dari Nya.

Saudariku…Dan apabila engkau telah mendapat Hidayah dari Nya maka doakanlah hamba Nya yang faqir ini agar mendapat kekuatan untuk terus istiqamah di Jalan Nya.Wallahu a’lam bishowab.

Perempuan pilihan

Berbahagialah engkau duhai para perempuan. Kalian tercipta begitu rupa, indah melebihi segala pemandangan yang ada. Ini adalah anugerah Tuhan yang harus kalian jaga, biarkan yang berhak saja yang kan tenggelam dalam berjuta pesonanya.

Duhai para perempuan. Kau adalah perhiasan terindah dunia, perhiasan dengan pemaknaan yang berbeda. Berhati-hatilah dari kesalahan persepsi yang ada. Karena bisa jadi, kalian dianggap sama selayaknya emas dan permata. Dijual, dibeli dan dipamerkan di depan berjuta pasang mata.

Duhai para perempuan. Setiap inci tubuhmu mengandung pesona. Jangan biarkan kau hamburkan di pasaran. Lalu setiap tatapan bermanja, banyak tangan menjamahnya, dan bahkan banyak bibir menciuminya. Karena yang kan tersisa, adalah keterpurukan bermahkotakan luka.

Duhai para perempuan. Jangan biarkan umpan rahwana melenakanmu. Tetaplah waspada akan tipu daya. Jangan biarkan mekar segarmu segera layu, pada musim yang tak semestinya. Ada cinta di sana yang kan menjagamu. Dan kau harus sampai padanya dengan tepat waktu. Biarkan Tuhan memapahmu, seiring ikhtiar dan keyakinanmu.

Duhai para perempuan. Untukmu yang baik lelaki baik. Percayalah itu. Maka jaga dirimu, jaga hatimu. Pasrahkan dirimu kelak pada mata yang tertunduk saat dia belum berhak. Pasrahkan pada tangan yang berusaha tak meraba sebelum waktunya. Pasrahkan pada lelaki yang bisa menjagamu, menjaga kehormatanmu dan mampu membawamu ke surga.

Duhai para perempuan. Aku sampaikan ini dengan tulus, sebagai bukti penyesalanku akan tindakan salahku di masa lalu. Karena kutahu sebenarnya, banyak dari kalian yang teramat rapuh dan mudah terayu, oleh para pemain cinta.

Ini karena, masih banyak generasi harapan yang kan lahir dari rahim kalian duhai para perempuan. Dan biarkan generasi itu jauh lebih baik dari kita. Maka, tetaplah menjadi perempuan tangguh, perempuan tanpa keluh meski bermandi peluh. Perempuan yang tak mudah luluh oleh rayuan hati-hati yang keruh.

Ramadhan Berlalu, Jangan Ikut Berlalu Iman dan Takwamu

RAMADHAN telah berlalu. Tapi jangan sampai kondisi iman dan takwa kamu ikut berlalu juga. Bahkan sebaliknya, imtaq kamu yang udah oke sejak Ramadhan, seharusnya dijaga terus agar berada pada kondisi prima. Ibarat bekal, kualitas Ramadhan kamu diuji di 11 bulan berikutnya dalam mengarungi dinamika kehidupan.

Jangan bangga dulu bagi kamu yang merasa bahwa puasa Ramadhannya sudah oke, shalat sunnah dan baca Qur’an-nya banyak. Itu semua masih belum apa-apa. Semua itu akan terbukti nanti yaitu pada saat kamu menghadapi masalah kehidupan, apa iya sih ada ‘sisa’ Ramadhan itu dalam diri? Hmm…semoga spirit Ramadhan itu terbawa terus sampai kapan pun, tak peduli bulannya sendiri sudah berubah Syawwal atau yang lainnya. Nah, mumpung masih hangat nih Ramadhan-nya, maka yuk kita pilih amalan mana saja yang seharusnya bisa kita jaga meskipun di luar Ramadhan.

1. Puasa

Puasa wajib cuma ada di bulan Ramadhan. Bagi kamu yang ingin menjaga agar nuansa dan warna Ramadhan terus membekas, ada kok puasa sunnah yang bisa kamu lakukan. Puasa 6 hari di bulan Syawwal misalnya. Kalau ini sudah kamu lakukan, puasa Senin Kamis bagus juga untuk diamalkan. Atau bisa juga puasa 3 hari setiap bulan yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan Hijriyah. Masih kurang juga? Kamu bisa berpuasa Dawud yaitu sehari puasa, sehati berbuka. Jangan coba-coba bikin aturan puasa sendiri yang tidak ada tuntunannya dalam Islam. Bukannya berpahala, bisa-bisa malah bid’ah dan menjadi dosa nantinya. Jadi, amal puasa ini butuh ilmu juga dalam upaya kamu untuk mengamalkannya. Shaum wajib cuma ada di bulan Ramadhan. Bagi kamu yang ingin menjaga agar nuansa Ramadhan terus membekas, puasa sunnah yang bisa kamu lakukan…

2. Shalat sunnah

Shalat ini dilakukan dengan catatan shalat wajib kamu sudah baik dan benar. Gak boleh bolong-bolong dan molor-molor lagi ya. Shalat Tarawih yang biasa kamu lakukan di bulan Ramadhan bisa tetap kamu jaga dengan shalat lail. Selama tarawih, kamu jadi terbiasa melakukan shalat sunnah rawatib muakkad setelah shalat Isya. Kebiasaan baik ini usahakan ada terus sehingga akhirnya menjadi satu amalan tambahan bagimu. Bila pada Ramadhan kamu biasa bangun di pertiga malam untuk makan sahur, maka inilah saat yang tepat untuk membiasakan shalat tahajud. Di awal mungkin terasa ngantuk dan enggan, apalagi bila tak ada teman. Namun lama-lama semua itu akan biasa kok. Jadi jangan menyerah yah.

3. Tadarus

Bila dalam Ramadhan kamu bisa khatam Qur’an berkali-kali, maka jaga terus semangat ini selepas Ramadhan. Mungkin tidak bisa seintensif dan sebanyak khatam pada bulan suci, namun keistiqomahan untuk meluangkan waktu membaca Qur’an setiap hari itulah yang utama. Jangan hanya membaca tanpa tahu maknanya, usahakan ada upaya untuk memahami kandungan Al-Qur’an tersebut juga donk. Bila dalam Ramadhan kamu bisa khatam Qur’an berkali-kali, maka jaga terus semangat ini selepas Ramadhan.

4. Sedekah

Amalan baik ini jangan Cuma di bulan Ramadhan aja. Sisihkan sebagian uang jajanmu untuk mereka yang lebih membutuhkan. Jangan dihabiskan semua untuk hal-hal yang konsumtif.

5. Sikap positif

Kamu yang selama bulan Ramadhan jadi lebih sabar, gak mudah marah, menjaga diri dari menggunjing dan suka menolong orang lain, maka pertahankan terus sikap positif ini. Jangan hanya karena sudah bukan Ramadhan, kamu balik lagi jadi emosional, suka mencaci dan mengolok orang, dan bersikap tak peduli terhadap kesulitan saudara seiman. Wah…semoga hal ini jauh-jauh deh dari diri kamu. Semua hal positif yang didapat selama Ramadhan, jaga dan amalkan terus. So, meskipun Ramadhan berlalu, iman dan takwamu harus ada selalu donk. Setuju kan? So pasti itu. Siip deh

voa-islam.com

Senin, 04 Oktober 2010

BIOGRAFI AL-KINDI

Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq al-Kindi. Dia lahir di Kufah, Irak, pada 801 M/185 H. Gelar al-Kindi dinisbatkan pada nama suku Kindah di wilayah Arabia Selatan. Dari suku Kindah ini pula, lahir seorang penyair besar bernama Imra`ul Qais (w. ± 540 M). Ayahnya, Ishaq, adalah gubernur Kufah di masa pemerintahan al-Mahdi (775-785) dan al-Rasyid (786-809).

Al-Kindi adalah filosof Arab pertama yang memelopori penerjemahan sekaligus mengenalkan tulisan atau karya-karya para filosof Yunani di dunia Islam, terutama pada abad pertengahan di masa pemerintahan khalifah al-Ma`mun (813-833) yang mengundangnya untuk mengajar di Baitul Hikmah. Al-Kindi hidup di masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, mulai dari khalifah al-Amin (809-813), al-Ma`mun (813-833), al-Mu’tashim (833-842), al-Watsiq (842-847), dan al-Mutawakkil (847-861).

Al-Kindi hidup dalam atmosfer intelektualisme yang dinamis saat itu, khususnya di Baghdad dan Kufah, yang berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan: filsafat, geometri, astronomi, kedokteran, matematika, dan sebagainya. Al-Kindi tidak hanya dikenal sebagai penerjemah, tetapi juga menguasai beragam disiplin ilmu lainnya, seperti kedokteran, matematika, dan astronomi.

Al-Kindi berhasil mengubah sekaligus mengembangkan beberapa istilah yang menarik perhatian para filosof sesudahnya, seperti: kata al-jirm menjadi al-jism; kata at-tawahhum (imaginasi) menjadi at-takhayyul; kata at-thīnah menjadi al-māddah; dsb.
Ketika khalifah al-Mutawakkil memerintah, mazhab resmi negara (yang sebelumnya menganut mazhab/aliran Mu’tazilah) diganti menjadi Asy’ariyah. Dua orang putra Ibnu Syakir, Muhammad dan Ahmad, mencoba menghasut al-Mutawakkil dengan mengatakan bahwa orang yang mempelajari filsafat cenderung kurang hormat pada agama. Al-Mutawakkil kemudian memerintahkan agar al-Kindi didera dan perpustakaannya yang bernama Kindiyyah disita (meski kemudian dikembalikan). Al-Kindi meninggal pada 866 M/252H.

Ringkasan Pemikiran Filsafat.

Menurut al-Kindi, agama dan filsafat tidak mungkin bertentangan. Agama di samping sebagai wahyu juga menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal. [dari penulis] Di dalam al-Qur`an disebutkan, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda [āyāt] bagi kaum yang berakal; yaitu mereka yang ber-dzikir dalam keadaan berdiri dan duduk dan mereka yang ber-tafakkur dalam penciptaan langit dan bumi…” (Q.S. ). Yang benar pertama (al-Haqq al-Awwal) adalah Tuhan. Dalam hal ini, filsafat juga membahas soal Tuhan dan agama. Dan filsafat paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan (seperti filsafat skolastik). Bagi al-Kindi, orang yang menolak filsafat bisa dianggap kafir, karena dia telah jauh dari kebenaran, meskipun dirinya menganggap paling benar.

Jika terjadi pertentangan antara nalar logika dengan dalil-dalil agama dalam al-Qur`an, mestinya ditempuh dengan jalan ta`wīl (interpretasi, kontekstualisasi, atau rasionalisasi atas teks-teks keagamaan). Hal ini karena dalam bahasa (termasuk bahaa Arab), terdapat dua makna: makna hakīkī (hakikat, esensi) dan makna majāzī (figuratif, metafora).

Namun demikian, menurut al-Kindi, memang terdapat perbedaan dari segi sumber data (informasi) antara agama dan filsafat. Agama diperoleh melalui wahyu tanpa proses belajar. Sedang filsafat diperoleh melalui proses belajar (berpikir dan berkontemplasi). Sedang dari segi pendekatan dan metode, agama dilakukan dengan pendekatan keimanan, sedang filsafat dilakukan dengan pendekatan logika.

Al-Kindi juga menyinggung soal jiwa manusia. Menurutnya, jiwa tidak tersusun, substansinya adalah ruh yang berasal dari substansi Tuhan. Dalam hal jiwa, al-Kindi lebih dekat dengan pandangan Plato yang mengatakan bahwa hubungan antara jiwa dan badan bercorak accidental (al-‘aradh). Al-Kindi berbeda dari Aristoteles yang berpendapat bahwa jiwa adalah form dari badan.

Menurut al-Kindi, jiwa memiliki 3 daya:
1) jiwa bernafsu (al-quwwah asy-syahwāniyyah);
2) jiwa memarah (al-quwwah al-ghadhabiyyah); dan
3) jiwa berakal (al-quwwah al-‘āqilah).

Selama ruh (jiwa) berada di badan, ia tidak akan menemukan kebahagiaan hakiki dan pengetahuan sempurna. Setelah bepisah dari badan dan dalam keadaan suci, ruh akan langsung pergi ke “alam kebenaran” atau “alam akal” di atas bintang-bintang, berada dilingkungan cahaya Tuhan dan dapat melihat-Nya. Di sinilah letak kesenangan hakiki ruh. Namun jika ruh itu kotor, ia akan pergi terlebih dahulu ke bulan, lalu ke Merkuri, Mars, dan seterusnya hingga Pluto; kemudian terakhir akan menetap ke dalam “alam akal” di lingkungan cahaya Tuhan. Di sanalah jiwa akan kekal abadi di bawah cahaya Tuhan. Bagi yang berbuat durhaka dan kejahatan di dunia, jiwa (ruh) manusia akan jauh dari cahaya Tuhan sehingga dia akan sengsara. Bagi manusia yang berbuat kebajikan, jiwa (ruh) yang dikandungnya dahulu ketika di bumi, akan dekat dengan cahaya Tuhan dan akan hidup bahagia di sisi-Nya.

Demikian sekilas tentang al-Kindi, filosof muslim pertama yang telah berjasa memberi tansformasi intelektual bagi umat Islam dan peradaban manusia. Semoga ringkasan ini bisa memberi ‘warna lain’ bagi pencerahan intelektual dan kedewasaan dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku.

ODOL DARI SYURGA

Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?

Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.

Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.

Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.
“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”
Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.
“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”
“Tapi Pak…Sssa..”

Brrrraaaaang !!!!

Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.
Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.

Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.

“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.
“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.
Petugas pun ngeloyor pergi.

Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.

Tiba-tiba saja lutunya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.

Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi, semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa, pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan mereka.

Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku : “Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”.

Di tulis oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom