Rabu, 22 Desember 2010

Ukhti, Inilah Celupan Warna Allah

Ketika menempuh 7 semester di kampus ini begitu banyak cerita yang menyangkut ikhwan dan akhwat. Begitu banyak tipe-tipe orang dengan kepribadiannya masing-masing. begitu banyak kisah-kisah dari yang sedih sampai yang terlucu sekalipun. kisah intrinsik dalam dinamika dakwah kampus.

seorang teman akhwat yang ketangguhannya bahkan melebihi seorang ikhwan. sampai-sampai ketika dia marah ataupun bernada agak keras, semua ikhwan pada ‘mengkerut’.

akhwat yang lain lagi. Sikapnya lembut sekali, tipikal ummahat sejati. tapi dibalik itu, pernah dalam sebuah acara kemuslimahan, dengan kekuatan seorang akhwat, Ia mengangkut perlengkapan yang akan digunakan. Subhanallah, di balik kelembutannya tersimpan kekuatan yang besar.

Akhwat lagi..adik kelas beda jurusan. Wajahnya teduh, tak pernah Ia menampakkan kemarahan, Semoga Allah membalas ketabahanmu ukhti.

Begitu banyak saudariku disini dengan kemuliaan karakternya.

Ada yang lembut dan keibuan seperti Khadijah.

Ada yang ceria seperti ‘Aisyah.

Ada yang bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafshah.

Ada yang sederhana seperti Fatimah.

Ada yang berani seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang. Dan

Ada yang berkepribdian kuat seperti Ummu Hani’ binti Abu Thalib.

Celupan warna Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah. Dan padaNya sajalah kami beribadah.

(QS.Al-Baqarah:138)

Celupan warna Allah, Celupan warna yang melingkup karakter khas kita, membingkainya menjadi sesuatu yang indah. Ia menjaganya untuk tetap menjadi kemuliaan.

Ya Rabbi begitu banyak tauladan di bumi kampus ini, ada begitu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil.

Di sini ada akhowat tangguh, bukan akhwat yang lemah, bukan akhwat yang manja, tapi akhwat yang dengan ketegasan sekaligus kelembutannya bisa merangkul dunia. Karena mereka kelak menjadi madrasah penopang kebangkitan ummat, dengan cintanya, dengan kasih sayangnya, dengan ketegarannya.

Ukhti, aku selalu mengagumi sayap-sayapmu yang tak pernah berhenti mengepak dan senantiasa terbang tinggi dan kian tinggi. Kecepatan dan gelombang ruhiyahmu pun sangat luar biasa. Dirimu, aktivis dakwah yang tak pernah kenal berhenti berjuang, dinamis, dan haroki, mewakili motomu tentang jangan pernah diam dan berhenti bergerak, karena diam dapat mematikan.

Untuk memperingati Mother Day 22 Desember buat saudari-saudariku yang tersebar di seluruh penjuru negeri

Perhiasan dunia yang membuat bidadari bermata jeli di surga cemburu karena kesholihannya.

Uhibbukifillah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar