Jumat, 05 Maret 2010

BIKIN OTAK SELALU TING

Siang dibulan Februari 624M. langit diatas Badar cerah dengan tebaran awan tipis pantulan sinar mentari di atas pasir cerah membuat mata menyipit silau. Empat sumur di dataran itu masih menyisakn bunyi gemericik mata airnya. Keempatnya terletak dalam formasi zigzag dari utara ke selatan. Kaktus hijau yang segar, ilalang gurun, dan perdu kurma menandai lokasi sumurnya.

Hamparan pasir Badar dihiasi bebera[pa tonjolan yang memerah tersingkap angin gurun gundukan pasir di beberapa tempat memang sering dipindahkan angin menjadi debu gurun beterbangan. Itu biasa, tapi tidak hari ini. Debu pasir seakan berirama dengan seruan semangat313 pasukan muslimain yang dipimpin oleh Rasulullah. Panji hitam berurai ditangan Mush’ab si tampan berkibar gagah. Kuda Az Zubair meringkik lantang disayao kananiringan berhenti di tempat tertinggi dekat sumur keempat.
Ini sesuai dengan aksioma perang klasik, siapa ditempat tinggi, menang. Tapi kalau begini tiga sumur didepan akan diduduki musuh. Setengah berlari, Habab ibn Al Mundzir mendekati unta panglimanya. “ini wahyu atau pendapatmu sebagai siasat perang?”, ia bertanya sambil menepuk-nepuk unta. Senyum muncul, seolah ada cahaya memancar dari sela gigi sang panglima. “ ah ini hanya pendapatku”
Habab berbisik dan panglima tersenyum lagi “ pendapat yang jitu wahai Habab” katanya. Maka sebagian pasukan diperintahkan menimbun sumur pertama, sumur diarah kedatangan musuh. Hal yang sama dilakukan pada sumur kedua maka kini ada dua sumur yang berisi air. Sumur keempat digalii dan diperluas. Tanah galiannya dijadikan kubu pertahanan. Air dari sumur ketiga diangkut dan dibawa ke sumur keempat yang telah menjadi kolam itu. Air disumur ketiga hanya tersisa sedikit.

Saat barisan musuh melihat sumur pertama, mereka berebut untuk mengisi kantong airnya setelah perjalanan melelahkan dari Mekkah. Begitu pula untuk sumur kedua hingga mereka tak lagi berharap pada sumur ketiga. Mereka hamper putus asa tapi..
Saat orang pertama sampai disumur ketiga, ia bersorak dan mencipratkan air ke atas “ Air! Air! Air!”. Jadilah air yang sedikit itu menjadi rebitan ratusan orang. Saling sikut. Lempar, tendang dan jegal antar teman. Hingga terdengar pekik serentak dari atas gundukan di dekat mereka, Allahu Akbar!”barisan Quraisy yang pemberani itupun bergidik ngeri. Hei.. ada Muhammad dan pasukannya! Lari!!!. Mereka tunggang langgang kembali ke induk pasukan, menciptakan kekacauan di tengah barisan teman yang kehausan. Kekalahan pertama dicatatkan.



Izinkan kisah Habab ibn Al Mundzir ini mengawali petualangan kita. Betapa islam sejak mula menempatkan akal dalam pososinya yang paling nyaman. Ia tidak dikungkung oleh belenggu otoritas. Tetappi ia berjalan dalam ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Ia berkelana, menjelajah seluruh bumi, memasuki tubuh manusia, mengintip aktifitas sel-sel, lalu mengangkasa keantariksa untuk memuaskan rasa ingin tahu .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar