Jumat, 22 Oktober 2010

JILBAB BUKAN TOPENG, BE YOUR SELF NENG!!

Berdasarkan analisis psikologi diketahui bahwa para ikhwan lebih sulit menahan pandangan atas akhwat yang berjilbab lebar daripada atas mereka yang pakaiannya belum beres secara syar’i, itu karena dalam diri mereka telah tertanam asumsi bahwa calon isteri mereka kelak adalah yang seperti itu. Mereka melakukan identifikasi calon isteri, sehingga yang berjilbab secara lengkap itu begitu menarik bagi mereka.

Tatapi sebenarnya akhwat berjilbab itu menarik bagi siapa saja. Akhwat tidak hanya mempesona bagi yang sudah kenal ngaji karena terjadi ‘identifikasi calon isteri’ tadi. Para akhwat berjilbab itu sejujurnya menarik bagi semua laki-laki normal, sebejat apapun dia. Bedanya, para ikhwan itu punya harapan, sedangkan yang selain mereka sudah putus harapan untuk bisa bersanding dengan para akhwat itu. Tapi sekali lagi mereka tetap menarik bagi siapa saja.

… yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karenanya mereka tidak diganggu

(QS.Al-Ahzab:59)

Subhanallah, ketika Allah menjanjikan perlindungan, maka Ialah Maha Pelindung. Ia memutus harapan lelaki-lelaki iseng dari para wanita yang mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Mereka –meski tatap mempesona – bukan lagi godaan bagi mereka yang tak bisa menahan diri. Dan Allah menjadikan mereka penguji iman bagi para lelaki yang dipanggil Allah di surat An-Nur ayat tigapuluh. Lelaki yang mengerti bagaimana seharusnya menjaga mata, menata hati, dan menghadirkan akhlak mereka.

Ada yang dilanda khawatir dan terjebak pada persepsi pengkhususan. Bahwa orang yang pakai jilbab itu harus lembut, halus tutur katanya, dan feminin dalam arti yang sebenarnya. Jadi jilbaber itu tidak pantas begini, tidak boleh begitu.

Jilbab bukan lakon sandiwara yang mengharuskan kita jadi orang lain saat memakainya. Islam tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqidah ketika Ia memutuskan berislam. Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah. Luar biasa kan?

Adalah konyol memaksakan diri menjadi orang lain setelah kita ‘hijrah’ dengan berjilbab. Alangkah sunyi dunia jika semuanya seragam. Biarkan semuanya sesuai karunia karakter yang Allah letakkan pada diri kita. Maka akan tetap ada akhwat jago karate seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang. Akan tetap ada yang berkepribadian kuat dan pemberani seperti Ummu Hani’ binti Abu Thalib. Akan tetap ada yang suka bermanja dan ceria seperti ‘Aisyah. Ada yang tetap bisa membentak dan tertawa terbahak seperti Hafshah. Akan tetap ada yang lembut dan keibuan seperti Khadijah.

Celupan warna Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah. Dan padaNya sajalah kami beribadah.

(QS.Al-Baqarah:138)


Nah cukuplah bagi kita celupan warna dari Allah. Celupan warna yang melingkup karakter khas kita, membingkainya menjadi sesuatu yang indah. Ia menjaganya untuk tetap menjadi kemuliaan dimanapun, kapanpun. Pada karakter-karakter mendasar, tidak ada yang perlu kita risaukan. Jilbab kan bukan lakon sandiwara yang membuat kita harus jadi orang lain ketika memakainya. Sekali lagi jangan sirnakan keunikan diri. Biarkan keindahan warna-warni itu hidup dan meronai dunia dengan pelangi akhlak.



sumber:Agar Bidadari Cemburu Padamu, Salim Afillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar